Rabu, 02 Juli 2008

Pjilah Tuhan, hai Jiwaku




Banyak mazmur dalam dalam Kitab Suci mengajak kita untuk menyampaikan pujian kita kepada Allah : “Pujilah Allah karena Ia baik; bernyanyilah bagi Allah kita karena Ia penuh cinta; hanya Dialah yang pantas dipuji (Mzm 146). “Sebuah Pujian yang keluar dari Jiwa Kita”. Dalam “Nyanyian Pujian Maria” atau sering disebut “Kidung Maria”, tampak jelas bahwa Maria mempuji Tuhan dengan seluruh jiwanya. Maria menerima semua dalam perjalanan hidupnya sebagai anugrah Tuhan yang tak ternilai. Mari kita teladani Maria untuk senantiasa memuji Tuhan, dalam segala peristiwa hidup kita.


Pujilah Tuhan, hai Jiwaku

Aku hendak mengagungkan Engkau, ya Allahku, ya Raja,
dan aku hendak memuji nama-Mu untuk seterusnya dan selamanya.
Setiap hari aku hendak memuji Engkau,
dan hendak memuliakan nama-Mu untuk seterusnya dan selamanya.
Besarlah Tuhan dan sangat terpuji,
dan kebesaran-Nya tidak terduga.
Semarak kemuliaan-Mu yang agung dan perbuatan-perbuatan-Mu
yang ajaib akan kunyanyikan
Tuhan itu pengasih dan penyayang,
panjang sabar dan besar kasih setia-Nya.
Tuhan itu baik kepada semua orang,
penuh rahmat terhadap segala yang dijanjikan-Nya.
Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan,
Dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau.
Tuhan itu penopang bagi semua orang yang terjatuh dan penegak bagi semua orang yang tertunduk.
Mulutku mengucapkan puji-pujian kepada Tuhan dan biarlah segala makhluk

Memuji nama-Nya yang kudus untuk seterusnya dan selamanya
Kemuliaan ...

Pujilah Tuhan, hai Jiwaku

Kita sering menggabungkan pujian dengan syukur. Ucapan syukur sebenarnya dipanjatkan untuk anugerah atau pemberian yang kita terima secara pribadi dari Allah. Kita bersyukur atas hidup kita, atas keluarga dan sahabat-sahabat kita, atas iman, perlindungan, bakat-bakat, dan sebagainya. Pendek kata, kita bersyukur atas sesuatu yang telah kita terima dari Allah. Sedangkan pujian lebih terarah pada pribadi Allah seraya mengakui kebaikan dan kemurahan cinta-Nya, belas kasihan dan kekuatan-Nya yang dinyatakan melalui karya-karya ciptaan-Nya yang megah, melalui pembebasan dan penyelamatan-Nya. Pujian yang lahir dari rasa takjub dan kagum membimbing kita kembali kembali kepada Sang Pembuat karya-karya besar itu. Oleh karena itu, pujian bisa dipandang sebagai suatu bentuk doa yang kurang terarah pada kepentingan pribadi pendoa di mana kita menyerukan nama dan menghormati Allah semata-mata karena Dia adalah Allah. Doa pujian seperti itu adalah hasil olahan yang saksama; ia tidak bisa muncul dalam diri kita segera spontan seperti ucapan syukur, doa permohonan bagi kebutuhan-kebutuhan hidup kita, atau doa-doa untuk orang lain. Hanya pribadi yang sederhana, rendah hati, dan tidak egois yang dapat dengan mudah memuji orang lain.


Pujilah Tuhan, hai Jiwaku


Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu;
puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku.
Karena Tuhan jiwaku bermegah;
Biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.
Muliakanlah Tuhan bersama-sama dengan aku,
marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya

Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku,
dan melepaskan aku dari segala kegentaranku.
Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya,
maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu.

Kemuliaan …