Kamis, 19 Juni 2008

Bersyukur Atas Anugerah Hidup

Bersyukur Atas Anugerah Hidup

1. Lagu Pembukaan

Syukur Kepada-Mu Tuhan (Hatiku Penuh Nyanyian/HPN N0. 347 atau MB. No. 427


2. Pembukaan (meditasi)

Kalau mungkin redupkan lampu ruangan. Lakukan apa saja yang perlu untuk mengurangi kebisingan: rapatkan tirai atau tutup pintu atau minta anak-anak untuk diam sejenak. Arahkan para anggota kelompok ke dalam doa, dengan ajakan berikut ini:

Ambil posisi yang baik. Tarik nafas yang dalam beberapa kali. Pejamkan mata Anda. Sadari detak jantung Anda. Baik juga kalau Anda merasa denyut nadi pada bagian luar leher Anda. Pusatkan perhatian Anda seluruhnya pada detak jantung Anda selama beberapa menit. Apabila ada pikiran lain yang terlintas di benak Anda, jangan coba mengusirnya, tetapi dengan tenang mengembalikan dirimu pada irama jantung Anda. (Jangan melakukan hal ini secara tergesa-gesa. Luangkan waktu selama beberapa menit).

Tempatkan diri Anda di hadirat Allah. Rileks. Biarkan tiap detak jantung Anda menjadi suara Allah bagi Anda. Dengarkan suara Allah bersama tiap detak jantung itu yang mengatakan: Aku menghendaki agar engkau hidup”. Cukup satu kalimat itu berulang-ulang. Terus ulangi kata-kata itu seirama dengan detak jantung Anda. (Beri waktu satu sampai dua menit untuk hal ini). Dalam hati, berilah tanggapan terhadap Allah dengan kata-kata Anda sendiri, apa pun yang Anda ingin katakan. (Beri waktu kira-kira satu menit).

Bertahan di hadirat Allah sedikit lebih lama lagi. Luangkan sedikit waktu untuk menyadari kelompok kita di sini, pada saat kita hadir secara hening di hadirat Allah. Kita berada di sini untuk berada bersama Allah.

Bayangkan masing-masing anggota kelompokmu. Sembari Anda mengingat dia dengan penuh perhatian, panjatkan doa baginya dalam hatimu. Kita akan meluangkan waktu sejenak agar setiap anggota diingat dan didoakan.

Dengan lembut mintalah mereka untuk kembali dan membuka mata mereka.

3. Bacaan Kitab Suci

Ucapan Syukur dan Bahagia (Luk 10:21-24)

Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata:

“Aku beryukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorangpun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Anak selain Bapa, dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu.

Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri dan berkata: “Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. Karena Aku berkata kepada kamu: “Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya”.

4. Renungan

Berterima kasih dan bersyukur adalah salah satu dari sikap yang pertama-tama diajarkan kepada seorang anak kecil. Walaupun adat atau kebiasaan itu sering dilupakan belakangan ini, tapi sikap tersebut merupakan suatu yang sangat mendasar bagi hidup manusia dan kehidupan rohani kita. Sikap bersyukur adalah sebuah jalan yang pasti untuk menuju kebahagiaan, karena bersyukur itu indah.

Sikap bersyukur tersebut, merupakan penangkal paling mujarab bagi perasaan kecil hati. Pernahkah Anda menjumpai seorang yang tahu bersyukur yang tidak bahagia atau menjadi kecil hati?

Dalam Injil seringkali kita mendengar bahwa Yesus mengucap syukur kepada Bapa-Nya. “Aku bersyukur kepada-Mu Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil” (Luk 10:21). Dalam berbagai peristiwa Yesus senantiasa bersyukur pada Bapa-Nya. “Aku bersyukur kepada-Mu Bapa, karena Engkau telah mendengarkan Aku” (Yoh 11:41). Sebelum membuat mukjizat, Dia mengucap syukur. Dia peka terhadap sikap tidak tahu bersyukur dan berterima kasih seperti yang diperbuat oleh kesembilan orang kusta yang disembuhkan penyakitnya (Luk 17:18). Sebelum Ia menderita dan wafat, Dia memberikan diri-Nya sebagai Ekaristi yang adalah ungkapan syukur.

Segala anugerah yang baik dan sempurna datang dari atas, dari Bapa segala cahaya (Yak 1:17). Ungkapan rasa terima kasih dan syukur kita pada Allah dapat dibedakan dalam tiga tingkat:

  • Bersyukur atas berkat yang luar biasa, misalnya atas pengalaman yang paling berkesan atau pengalaman diselamatkan dari sebuah kecelakaan atau dari kematian.
  • Bersyukur atas anugerah-anugerah yang sederhana setiap hari, namun kita merasa sedih atau meragukan kasih Allah ketika kita mengalami penderitaan dan kegagalan.
  • Bersyukur setiap saat atas segala sesuatu yang diterima, bahkan atas hal yang paling kecil sekalipun ; segala sesuatu diterima sebagai anugerah dari Allah.

Pribadi yang matang secara rohani seperti itu dapat memahami adanya benih-benih perkembangan dan kehidupan bahkan dalam peristiwa-peristiwa negatif atau yang tampaknya negatif sekalipun.

Berterima kasih kepada Allah dan kepada sesama mesti menjadi salah satu dari pilar-pilar atas mana kehidupan kristiani kita dirikan. Ini adalah salah satu aspek yang dikehendaki Allah dari kita, sebagaimana diungkapkan oleh Paulus dalam suratnya yang pertama kepada Jemaat di Tesalonika: “Bersukacitalah selalu, berdoalah setiap saat, bersyukurlah dalam setiap keadaan. Inilah apa yang dikehendaki oleh Allah dari dirimu dalam persekutuanmu dengan Kristus Yesus” (1Tes 5:16).

5. Refleksi

  • Sudahkah aku bersyukur pada Tuhan, atas segala kasih karunia-Nya kepadaku setiap hari?
  • Apakah aku tahu berterima kasih kepada sesamaku yang telah memberikan dukungan terhadap panggilanku?

Ada sebuah doa yang disusun oleh Joe Mannath yang berjudul: You surprised me yang dapat menjadi doa kita:

“Aku sungguh sangat berutang budi pada-Mu.

Aku tidak tahu dari mana aku harus mulai menghitungnya.

Kemurahan hati-Mu tak terkira? Siapa dapat menghitungnya?

terima kasih karena aku masih hidup dan dapat bersyukur.

terima kasih atas segala yang kumiliki dan atas seluruh diriku.

Engkau mengatakan tidak mengharapkan

satu ucapan syukur pun dariku.

Ya Tuhan, terima kasih untuk semuanya itu,

terima kasih karena Engkau mencintai aku tanpa syarat,

tanpa mengharapkan ucapan terima kasih dariku.

Ya Tuhan, terima kasih untuk semuanya itu,

ini semua melampaui pengertianku yang miskin sederhana ini,

bahwa cinta dapat sebegitu lengkap sempurna

karena memberi segalanya, dan memberikan segalanya

tanpa meminta balasan sedikitpun.

Apa yang dapat kukatakan kepada-Mu?

Bagaimana aku tidak berterima kasih pada-Mu?

segala yang kukatakan hanya akan tepat

sejauh perkataan itu keluar dari hatiku.

Bila aku merasa mendapat ilham untuk memuliakan Dikau,

maka hal itu dilakukan bukan untuk menyogok Engkau

dengan kebodohan dan dengan kata-kata pujianku yang tulus,

tapi untuk benar-benar mau menimba lebih banyak

hal dari sumur kelembutan hati-Mu.

Terima kasih untuk cinta yang tak terkatakan itu.

Bahkan aku belum mengerti

apa yang telah Engkau perbuat untukku

apa yang akan Engkau lakukan untukku

atau apa yang dibuat oleh kasih-Mu terhadap diriku.

Terima kasih! Terima kasih! Terima kasih!

Terimalah perkataanku, keheninganku yang penuh kepasrahan,

seluruh keberadaanku dalam ucapan syukur ini...

Terima kasih, Allahku, kasihku, segala sesuatuku.

Terima kasih karena ada keinginan

untuk berterima kasih pada-Mu saat ini”.

(Sumber : Harta karun doa)

6. Membangun Niat

Aku mau bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hatiku (Mzm 9:2)

Ø Buatlah tekad tentang bagaimana Anda mengungkapkan rasa syukur atas rahmat panggilan Anda.

………………………………………………………

………………………………………………………

7. Doa Syukur

Doa spontan: Syukur atas panggilan

8. Doa Bapa Kami

9. Lagu Penutup

Give Thanks (Hatiku Penuh Nyanyian N0. 103)

* * *

Mendengarkan Allah

MENDENGARKAN ALLAH


Tujuan

Mendengarkan Allah di dalam semua peristiwa kehidupan.

Memahami bagaimana syering kelompok mendukung kehidupan iman.

Pengalaman-Pengalaman Padang Gurun

Hidup di sebuah padang gurun akan mengubah sikap kita terhadap kehidupan. Kehidupan di padang gurun menuntut agar kita cuma memperhatikan hal-hal yang paling mendasar agar tetap bertahan hidup. Makanan dan minuman mewah harus dilepaskan; para pengelana di padang gurun dapat bertahan hidup karena air dan makanan yang sederhana – atau mereka tidak akan bertahan sama sekali. Berat badan yang berlebihan itu berbahaya. Setiap orang mesti menurunkan berat badannya dan jumlah kalori sampai level yang perlu untuk bisa bertahan hidup. Pakaian? Tidak ada tempat untuk gaun atau pakaian mentereng; melulu pakaian yang sederhana namun kuat untuk melindungi diri dari sengatan panas matahari dan dingin di malam hari.

Semua kegiatan di padang gurun mesti dilakukan dengan perlahan-kalau tidak segala sesuatu yang hidup akan pingsan karena kehabisan tenaga. Energi mesti disimpan untuk hal-hal kecil sungguh besar faedahnya: segenggam korma, seteguk air, sebuah tempat berteduh.

Menentukan arah tujuan merupakan segala-galanya – karena tersesat berarti mati. Segala sesuatu di padang gurun pada umumnya kelihatan serupa. Namun tidak lama kemudian kita dapat menilai betapa berbedanya dua buah batu, atau dua buah semak belukar, atau dua buah bukit. Apa yang dilewati begitu saja di tempat atau waktu yang lain, mendapat perhatian dan tampak jelas di padang gurun. Perbedaan kecil sungguh mencolok.

Sebuah tempat kecil atau oasis tidak dapat menopang kehidupan untuk selamanya. Maka sebagian terbesar orang yang hidup di padang gurun adalah nomaden, orang yang selalu mengembara. Mereka berpindah-pindah supaya dapat bertahan hidup. Bergerak maju – secara perlahan – merupakan sebuah cara hidup.

Padang gurun merupakan sebuah tempat yang sunyi. Hanya ada sedikit kegaduhan yang mengalihkan perhatian orang. Walaupun terlalu senyapnya padang gurun itu bisa juga berbahaya, namun dalam kadang tertentu keheningan macam itu dapat memanggil kita untuk menghadapi apa yang penting di dalam kehidupan kita. Keheningan padang gurun memberikan kesempatan untuk mendengarkan kehidupan dan diri kita sendiri. Padang gurun memanggil kita untuk berbicara hanya apa yang berfaedah.

Sebuah sikap padang gurun dapat mempersiapkan kita untuk berdoa. Kadang kala kita berangkali diberi sebuah pangalaman padang gurun melalui suatu keheningan sehingga membuat diri kita cukup kosong untuk mendengarkannya. Kadang kala sebuah pengalaman padang gurun ditimpakan ke atas kita melalui penyakit, yang memberi kita kesempatan untuk tidak melakukan apa pun juga selain mendengarkan. Atau kita dapat menciptakan sebuah pengalaman padang gurun dengan menyediakan waktu untuk merenung di dalam dunia yang sibuk, dan kadang kala gila, ini.

Pengalaman padang gurun memberi suatu peluang untuk mendengarkan Allah. Mendengarkan orang lain berarti melupakan diri sendiri, memperhatikan orang lain. Mendengarkan berarti bersikap terbuka, melepaskan pikiran-pikiran sejenak, menahan sejenak apa yang ingin saya katakana.

Untuk mendengarkan Allah, kita mesti menciptakan sedikit keheningan secara berkala. Dalam keheningan itu, saya dapat mendengarkan ribuah cara melaluinya Allah berbicara kepadaku setiap hari di dalam segala sesuatu dan semua orang. Tanpa semacam kesempatan padang gurun seperti ini, sendirian bersama Allah, saya bisa saja tidak menangkap pesan-pesan Allah di dalam kehidupanku.

  1. Apabila Anda pernah mengalami pengalaman-pengalaman padang gurun, coba sebutkan.
  2. Bagaimana setiap pengalaman padang gurun itu membantu Anda (atau menghalangi Anda) untuk mendengarkan Allah secara lebih baik di dalam kehidupan Anda?
  3. Ciri-ciri manakan dari padang gurun yang Anda secara pribadi butuhkan sehingga Anda dapat mendengarkan Allah secara lebih baik di dalam kehidupan Anda?
  4. Bagaimana Anda bisa memberikan kepada diri Anda apa yang Anda butuhkan?