Rabu, 02 Juli 2008

Pjilah Tuhan, hai Jiwaku




Banyak mazmur dalam dalam Kitab Suci mengajak kita untuk menyampaikan pujian kita kepada Allah : “Pujilah Allah karena Ia baik; bernyanyilah bagi Allah kita karena Ia penuh cinta; hanya Dialah yang pantas dipuji (Mzm 146). “Sebuah Pujian yang keluar dari Jiwa Kita”. Dalam “Nyanyian Pujian Maria” atau sering disebut “Kidung Maria”, tampak jelas bahwa Maria mempuji Tuhan dengan seluruh jiwanya. Maria menerima semua dalam perjalanan hidupnya sebagai anugrah Tuhan yang tak ternilai. Mari kita teladani Maria untuk senantiasa memuji Tuhan, dalam segala peristiwa hidup kita.


Pujilah Tuhan, hai Jiwaku

Aku hendak mengagungkan Engkau, ya Allahku, ya Raja,
dan aku hendak memuji nama-Mu untuk seterusnya dan selamanya.
Setiap hari aku hendak memuji Engkau,
dan hendak memuliakan nama-Mu untuk seterusnya dan selamanya.
Besarlah Tuhan dan sangat terpuji,
dan kebesaran-Nya tidak terduga.
Semarak kemuliaan-Mu yang agung dan perbuatan-perbuatan-Mu
yang ajaib akan kunyanyikan
Tuhan itu pengasih dan penyayang,
panjang sabar dan besar kasih setia-Nya.
Tuhan itu baik kepada semua orang,
penuh rahmat terhadap segala yang dijanjikan-Nya.
Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan,
Dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau.
Tuhan itu penopang bagi semua orang yang terjatuh dan penegak bagi semua orang yang tertunduk.
Mulutku mengucapkan puji-pujian kepada Tuhan dan biarlah segala makhluk

Memuji nama-Nya yang kudus untuk seterusnya dan selamanya
Kemuliaan ...

Pujilah Tuhan, hai Jiwaku

Kita sering menggabungkan pujian dengan syukur. Ucapan syukur sebenarnya dipanjatkan untuk anugerah atau pemberian yang kita terima secara pribadi dari Allah. Kita bersyukur atas hidup kita, atas keluarga dan sahabat-sahabat kita, atas iman, perlindungan, bakat-bakat, dan sebagainya. Pendek kata, kita bersyukur atas sesuatu yang telah kita terima dari Allah. Sedangkan pujian lebih terarah pada pribadi Allah seraya mengakui kebaikan dan kemurahan cinta-Nya, belas kasihan dan kekuatan-Nya yang dinyatakan melalui karya-karya ciptaan-Nya yang megah, melalui pembebasan dan penyelamatan-Nya. Pujian yang lahir dari rasa takjub dan kagum membimbing kita kembali kembali kepada Sang Pembuat karya-karya besar itu. Oleh karena itu, pujian bisa dipandang sebagai suatu bentuk doa yang kurang terarah pada kepentingan pribadi pendoa di mana kita menyerukan nama dan menghormati Allah semata-mata karena Dia adalah Allah. Doa pujian seperti itu adalah hasil olahan yang saksama; ia tidak bisa muncul dalam diri kita segera spontan seperti ucapan syukur, doa permohonan bagi kebutuhan-kebutuhan hidup kita, atau doa-doa untuk orang lain. Hanya pribadi yang sederhana, rendah hati, dan tidak egois yang dapat dengan mudah memuji orang lain.


Pujilah Tuhan, hai Jiwaku


Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu;
puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku.
Karena Tuhan jiwaku bermegah;
Biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.
Muliakanlah Tuhan bersama-sama dengan aku,
marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya

Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku,
dan melepaskan aku dari segala kegentaranku.
Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya,
maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu.

Kemuliaan …


Rabu, 25 Juni 2008

Ajakan Juruselamat

Mat 11 : 25 – 30

Pada Waktu itu berkatalah Yesus : “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban Kupun ringan”.


Kehendak Tuhan

Peristiwa atau kejadian yang Anda hadapi dan alami dapat menjadi petunjuk akan kehendak Allah bagi Anda. Perhatikanlah apa yang terjadi di sekitar Anda dan berdoalah, agar diberi hikmat untuk mengerti apa pesan Tuhan lewat segala peristiwa itu. Kita tahu, bahwa tidak ada peristiwa yang terjadi tanpa diketahui oleh Allah. Kita juga yakin, bahwa Allah dapat mengatur segala peristiwa atau kejadian sedemikian rupa, sehingga dari situ tanpak jelas kehendak-Nya.

Ketika Anda berbicara dengan Tuhan dan lebih-lebih lagi ketika Anda diam dihadapan-Nya, Roh Allah berkarya di dalam diri Anda. Bila keputusan atau tindakan yang akan Anda ambil itu sesuai dengan kehendak Allah, maka Roh Kudus akan menimbulkan damai, terang, kasih, ketertarikan batin, dan hiburan. Melalui tanda-tanda positif itu Roh berkata, “ya, itulah yang saya kehendaki,”. Bila keputusan atau tindakan yang akan Anda ambil itu tidak sesuai dengan rencana Allah, maka Anda akan mengalami tanda-tanda yang negatif seperti ketidaktenangan, ketakutan, kegelapan, keseganan, dan rasa kehadiran Allah melenyap.

Hidup yang Memberi Harapan

(Yer 17:7,8; Mat 14:22-33)

Hasil yang sama

Seorang penyair bertanya kepada tiga batu, ”Berapa lama lagi saya masih bisa hidup kalau saya kehilangan harapan?” Batu pertama menjawab,
”Selama engkau memasukkan kepalamu ke dalam air dan menahan nafas!”
Batu kedua menjawab,
”Selama engkau memiliki kemauan untuk hidup!”
Batu ketiga menjawab, ”Selama engkau memiliki hidup yang sudah punah harapannya!`

Jawaban-jawaban dari ketiga batu ini mesti berbeda, tetapi hasilnya sama, yakni tidak lama! Memasukkan kepala ke dalam air dan menahan napas itu hanya sebentar, 1-2 menit. Kalau tergantung dari kemauan untuk hidup, juga tidak akan hidup lama. Kalau tergantung dari hidup itu sendiri, meskipun harapan sudah tiada, juga tidak lama, sebab hidup tak mungkin berlangsung tanpa harapan.
Dalam lubuk setiap manusia selalu ada harapan! Entah dia percaya pada Tuhan atau tidak. Manusia itu hidup dari harapan dan selalu saling menghasratkan : Semoga sehat-walafiat, semoga berhasil, semoga sampai dengan selamat, semoga hidupmu bahagia, semoga kita berjumpa lagi, semoga badai ini akan berlalu....!

Tidak pernah – dalam situasi normal orang katakan : ”harap pesawat yang kautumpangi itu akanjatuh...! ”harap kalian setiap hari berkelahi...! ”Biar tidak usah sembuh, sebaiknya mati saja....!”


Apa Artinya Menaruh Harapan?

Berharap, menaruh harapan berarti memandang melampau horison; melihat melampau batas pandangan dan pengalaman; memandang melampau situasi batas batas kehidupan, artinya kehendak kita tidak ditahn pada jalan buntu, orang tidak menyerah bila dilanda krisis; melihat bahwa hidup tidak dibatasi oleh kematian; hidup tidak berhenti atau terhenti oleh satu kegagalan; dan dia yakin bahwa ”kegagalan adalah kemenangan yang tertunda!”
Manusia yang memiliki harapan sama seperti burung yang berkicau-gembira di tengah malam yang gelap! Manusia yang memiliki harapan sadar bahwa dia melewati terowongan selalu ada cahaya yang menerangi.
Manusia yang memiliki harapan percaya pada petualangan cinta, yang terkadang pudar dan tampaknya akan punah, namun ia tetap yakin pada kehendak baik manusia; bahwa cinta yang pudar pun akan dapat bersemi lagi.
Kita memang sering tak berdaya, tetapi tanpa harapan!
Manusia itu memang bukan sempurna, tetapi penuh harapan!

Kita hendaknya mengintegrasikan harapan dengan iman. Harapan itu berpangkal pada Tuhan, sebab Dia adalah sumber harapan kita. Dalam surat kepada Ibrani tertulis : Iman adalah berpegang teguh pada apa yang kita harapkan (Ibr 11:1).



Kamis, 19 Juni 2008

Bersyukur Atas Anugerah Hidup

Bersyukur Atas Anugerah Hidup

1. Lagu Pembukaan

Syukur Kepada-Mu Tuhan (Hatiku Penuh Nyanyian/HPN N0. 347 atau MB. No. 427


2. Pembukaan (meditasi)

Kalau mungkin redupkan lampu ruangan. Lakukan apa saja yang perlu untuk mengurangi kebisingan: rapatkan tirai atau tutup pintu atau minta anak-anak untuk diam sejenak. Arahkan para anggota kelompok ke dalam doa, dengan ajakan berikut ini:

Ambil posisi yang baik. Tarik nafas yang dalam beberapa kali. Pejamkan mata Anda. Sadari detak jantung Anda. Baik juga kalau Anda merasa denyut nadi pada bagian luar leher Anda. Pusatkan perhatian Anda seluruhnya pada detak jantung Anda selama beberapa menit. Apabila ada pikiran lain yang terlintas di benak Anda, jangan coba mengusirnya, tetapi dengan tenang mengembalikan dirimu pada irama jantung Anda. (Jangan melakukan hal ini secara tergesa-gesa. Luangkan waktu selama beberapa menit).

Tempatkan diri Anda di hadirat Allah. Rileks. Biarkan tiap detak jantung Anda menjadi suara Allah bagi Anda. Dengarkan suara Allah bersama tiap detak jantung itu yang mengatakan: Aku menghendaki agar engkau hidup”. Cukup satu kalimat itu berulang-ulang. Terus ulangi kata-kata itu seirama dengan detak jantung Anda. (Beri waktu satu sampai dua menit untuk hal ini). Dalam hati, berilah tanggapan terhadap Allah dengan kata-kata Anda sendiri, apa pun yang Anda ingin katakan. (Beri waktu kira-kira satu menit).

Bertahan di hadirat Allah sedikit lebih lama lagi. Luangkan sedikit waktu untuk menyadari kelompok kita di sini, pada saat kita hadir secara hening di hadirat Allah. Kita berada di sini untuk berada bersama Allah.

Bayangkan masing-masing anggota kelompokmu. Sembari Anda mengingat dia dengan penuh perhatian, panjatkan doa baginya dalam hatimu. Kita akan meluangkan waktu sejenak agar setiap anggota diingat dan didoakan.

Dengan lembut mintalah mereka untuk kembali dan membuka mata mereka.

3. Bacaan Kitab Suci

Ucapan Syukur dan Bahagia (Luk 10:21-24)

Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata:

“Aku beryukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorangpun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Anak selain Bapa, dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu.

Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri dan berkata: “Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. Karena Aku berkata kepada kamu: “Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya”.

4. Renungan

Berterima kasih dan bersyukur adalah salah satu dari sikap yang pertama-tama diajarkan kepada seorang anak kecil. Walaupun adat atau kebiasaan itu sering dilupakan belakangan ini, tapi sikap tersebut merupakan suatu yang sangat mendasar bagi hidup manusia dan kehidupan rohani kita. Sikap bersyukur adalah sebuah jalan yang pasti untuk menuju kebahagiaan, karena bersyukur itu indah.

Sikap bersyukur tersebut, merupakan penangkal paling mujarab bagi perasaan kecil hati. Pernahkah Anda menjumpai seorang yang tahu bersyukur yang tidak bahagia atau menjadi kecil hati?

Dalam Injil seringkali kita mendengar bahwa Yesus mengucap syukur kepada Bapa-Nya. “Aku bersyukur kepada-Mu Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil” (Luk 10:21). Dalam berbagai peristiwa Yesus senantiasa bersyukur pada Bapa-Nya. “Aku bersyukur kepada-Mu Bapa, karena Engkau telah mendengarkan Aku” (Yoh 11:41). Sebelum membuat mukjizat, Dia mengucap syukur. Dia peka terhadap sikap tidak tahu bersyukur dan berterima kasih seperti yang diperbuat oleh kesembilan orang kusta yang disembuhkan penyakitnya (Luk 17:18). Sebelum Ia menderita dan wafat, Dia memberikan diri-Nya sebagai Ekaristi yang adalah ungkapan syukur.

Segala anugerah yang baik dan sempurna datang dari atas, dari Bapa segala cahaya (Yak 1:17). Ungkapan rasa terima kasih dan syukur kita pada Allah dapat dibedakan dalam tiga tingkat:

  • Bersyukur atas berkat yang luar biasa, misalnya atas pengalaman yang paling berkesan atau pengalaman diselamatkan dari sebuah kecelakaan atau dari kematian.
  • Bersyukur atas anugerah-anugerah yang sederhana setiap hari, namun kita merasa sedih atau meragukan kasih Allah ketika kita mengalami penderitaan dan kegagalan.
  • Bersyukur setiap saat atas segala sesuatu yang diterima, bahkan atas hal yang paling kecil sekalipun ; segala sesuatu diterima sebagai anugerah dari Allah.

Pribadi yang matang secara rohani seperti itu dapat memahami adanya benih-benih perkembangan dan kehidupan bahkan dalam peristiwa-peristiwa negatif atau yang tampaknya negatif sekalipun.

Berterima kasih kepada Allah dan kepada sesama mesti menjadi salah satu dari pilar-pilar atas mana kehidupan kristiani kita dirikan. Ini adalah salah satu aspek yang dikehendaki Allah dari kita, sebagaimana diungkapkan oleh Paulus dalam suratnya yang pertama kepada Jemaat di Tesalonika: “Bersukacitalah selalu, berdoalah setiap saat, bersyukurlah dalam setiap keadaan. Inilah apa yang dikehendaki oleh Allah dari dirimu dalam persekutuanmu dengan Kristus Yesus” (1Tes 5:16).

5. Refleksi

  • Sudahkah aku bersyukur pada Tuhan, atas segala kasih karunia-Nya kepadaku setiap hari?
  • Apakah aku tahu berterima kasih kepada sesamaku yang telah memberikan dukungan terhadap panggilanku?

Ada sebuah doa yang disusun oleh Joe Mannath yang berjudul: You surprised me yang dapat menjadi doa kita:

“Aku sungguh sangat berutang budi pada-Mu.

Aku tidak tahu dari mana aku harus mulai menghitungnya.

Kemurahan hati-Mu tak terkira? Siapa dapat menghitungnya?

terima kasih karena aku masih hidup dan dapat bersyukur.

terima kasih atas segala yang kumiliki dan atas seluruh diriku.

Engkau mengatakan tidak mengharapkan

satu ucapan syukur pun dariku.

Ya Tuhan, terima kasih untuk semuanya itu,

terima kasih karena Engkau mencintai aku tanpa syarat,

tanpa mengharapkan ucapan terima kasih dariku.

Ya Tuhan, terima kasih untuk semuanya itu,

ini semua melampaui pengertianku yang miskin sederhana ini,

bahwa cinta dapat sebegitu lengkap sempurna

karena memberi segalanya, dan memberikan segalanya

tanpa meminta balasan sedikitpun.

Apa yang dapat kukatakan kepada-Mu?

Bagaimana aku tidak berterima kasih pada-Mu?

segala yang kukatakan hanya akan tepat

sejauh perkataan itu keluar dari hatiku.

Bila aku merasa mendapat ilham untuk memuliakan Dikau,

maka hal itu dilakukan bukan untuk menyogok Engkau

dengan kebodohan dan dengan kata-kata pujianku yang tulus,

tapi untuk benar-benar mau menimba lebih banyak

hal dari sumur kelembutan hati-Mu.

Terima kasih untuk cinta yang tak terkatakan itu.

Bahkan aku belum mengerti

apa yang telah Engkau perbuat untukku

apa yang akan Engkau lakukan untukku

atau apa yang dibuat oleh kasih-Mu terhadap diriku.

Terima kasih! Terima kasih! Terima kasih!

Terimalah perkataanku, keheninganku yang penuh kepasrahan,

seluruh keberadaanku dalam ucapan syukur ini...

Terima kasih, Allahku, kasihku, segala sesuatuku.

Terima kasih karena ada keinginan

untuk berterima kasih pada-Mu saat ini”.

(Sumber : Harta karun doa)

6. Membangun Niat

Aku mau bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hatiku (Mzm 9:2)

Ø Buatlah tekad tentang bagaimana Anda mengungkapkan rasa syukur atas rahmat panggilan Anda.

………………………………………………………

………………………………………………………

7. Doa Syukur

Doa spontan: Syukur atas panggilan

8. Doa Bapa Kami

9. Lagu Penutup

Give Thanks (Hatiku Penuh Nyanyian N0. 103)

* * *

Mendengarkan Allah

MENDENGARKAN ALLAH


Tujuan

Mendengarkan Allah di dalam semua peristiwa kehidupan.

Memahami bagaimana syering kelompok mendukung kehidupan iman.

Pengalaman-Pengalaman Padang Gurun

Hidup di sebuah padang gurun akan mengubah sikap kita terhadap kehidupan. Kehidupan di padang gurun menuntut agar kita cuma memperhatikan hal-hal yang paling mendasar agar tetap bertahan hidup. Makanan dan minuman mewah harus dilepaskan; para pengelana di padang gurun dapat bertahan hidup karena air dan makanan yang sederhana – atau mereka tidak akan bertahan sama sekali. Berat badan yang berlebihan itu berbahaya. Setiap orang mesti menurunkan berat badannya dan jumlah kalori sampai level yang perlu untuk bisa bertahan hidup. Pakaian? Tidak ada tempat untuk gaun atau pakaian mentereng; melulu pakaian yang sederhana namun kuat untuk melindungi diri dari sengatan panas matahari dan dingin di malam hari.

Semua kegiatan di padang gurun mesti dilakukan dengan perlahan-kalau tidak segala sesuatu yang hidup akan pingsan karena kehabisan tenaga. Energi mesti disimpan untuk hal-hal kecil sungguh besar faedahnya: segenggam korma, seteguk air, sebuah tempat berteduh.

Menentukan arah tujuan merupakan segala-galanya – karena tersesat berarti mati. Segala sesuatu di padang gurun pada umumnya kelihatan serupa. Namun tidak lama kemudian kita dapat menilai betapa berbedanya dua buah batu, atau dua buah semak belukar, atau dua buah bukit. Apa yang dilewati begitu saja di tempat atau waktu yang lain, mendapat perhatian dan tampak jelas di padang gurun. Perbedaan kecil sungguh mencolok.

Sebuah tempat kecil atau oasis tidak dapat menopang kehidupan untuk selamanya. Maka sebagian terbesar orang yang hidup di padang gurun adalah nomaden, orang yang selalu mengembara. Mereka berpindah-pindah supaya dapat bertahan hidup. Bergerak maju – secara perlahan – merupakan sebuah cara hidup.

Padang gurun merupakan sebuah tempat yang sunyi. Hanya ada sedikit kegaduhan yang mengalihkan perhatian orang. Walaupun terlalu senyapnya padang gurun itu bisa juga berbahaya, namun dalam kadang tertentu keheningan macam itu dapat memanggil kita untuk menghadapi apa yang penting di dalam kehidupan kita. Keheningan padang gurun memberikan kesempatan untuk mendengarkan kehidupan dan diri kita sendiri. Padang gurun memanggil kita untuk berbicara hanya apa yang berfaedah.

Sebuah sikap padang gurun dapat mempersiapkan kita untuk berdoa. Kadang kala kita berangkali diberi sebuah pangalaman padang gurun melalui suatu keheningan sehingga membuat diri kita cukup kosong untuk mendengarkannya. Kadang kala sebuah pengalaman padang gurun ditimpakan ke atas kita melalui penyakit, yang memberi kita kesempatan untuk tidak melakukan apa pun juga selain mendengarkan. Atau kita dapat menciptakan sebuah pengalaman padang gurun dengan menyediakan waktu untuk merenung di dalam dunia yang sibuk, dan kadang kala gila, ini.

Pengalaman padang gurun memberi suatu peluang untuk mendengarkan Allah. Mendengarkan orang lain berarti melupakan diri sendiri, memperhatikan orang lain. Mendengarkan berarti bersikap terbuka, melepaskan pikiran-pikiran sejenak, menahan sejenak apa yang ingin saya katakana.

Untuk mendengarkan Allah, kita mesti menciptakan sedikit keheningan secara berkala. Dalam keheningan itu, saya dapat mendengarkan ribuah cara melaluinya Allah berbicara kepadaku setiap hari di dalam segala sesuatu dan semua orang. Tanpa semacam kesempatan padang gurun seperti ini, sendirian bersama Allah, saya bisa saja tidak menangkap pesan-pesan Allah di dalam kehidupanku.

  1. Apabila Anda pernah mengalami pengalaman-pengalaman padang gurun, coba sebutkan.
  2. Bagaimana setiap pengalaman padang gurun itu membantu Anda (atau menghalangi Anda) untuk mendengarkan Allah secara lebih baik di dalam kehidupan Anda?
  3. Ciri-ciri manakan dari padang gurun yang Anda secara pribadi butuhkan sehingga Anda dapat mendengarkan Allah secara lebih baik di dalam kehidupan Anda?
  4. Bagaimana Anda bisa memberikan kepada diri Anda apa yang Anda butuhkan?

Senin, 16 Juni 2008

Renungan




Teman-teman terkasih,

Bulan Mei adalah bulan Maria. Kita menghormati Maria karena dia adalah bunda Kristus dan bunda kita. Pada kesempatan ini, saya mengajak teman-teman untuk merenungkan dan mengikuti teladan Maria. Maria yang penuh dengan kerendahan hatinya menerima tawaran Allah. Ia berani menjawab dengan mengatakan :

Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut perkataan-mu”.

Teman-teman terkasih,

Gereja menghormati Maria sebagai Bunda Allah dengan cinta yang istimewa. Dia tidak terpisahkan dengan karya penyelamatan Puteranya.

Mengenal Maria ialah mengenal apa yang telah dikerjakan Allah dalam dirinya dan fungsi yang diberi kepadanya di dalam sejarah keselamatan. Gereja memang merenungkan kekudusannya yang tersembunyi, meniru amalkasihnya dan kesetiaannya melaksanakan kehendak Bapa, dengan menerima sabda Allah dalam iman, ia sendiri menjadi seorang ibu” (LG 64). Seperti Maria dia menjadi perawan yang mendengarkan, yang berdoa dan berkurban sebagai bunda perawan. Perawan Terberkati itu “merupakan teladan sikap spiritual yang di dalamnya Gereja merayakan dan menghayati misteri-misteri ilahi (Paulus VI, Marialis Cultus).

Cinta akan Maria berasal dari hubungan yang akrab yang timbul di antara dia sendiri dan Gereja pada tingkat keibuan, pengantaraan, kasih sayang dan kehadiran.

Gereja diundang untuk menghayati secara lebih dalam lagi misteri Kristus dengan bekerja-sama secara penuh rasa syukur di dalam karya keselamatan. Melalui Maria dan seperti Maria, Ibunda Gereja dan model Gereja (Kom Mis Yohanes Paulus II).

Sebagaimana semboyan Yohanes Paulus II, Totus Missioni cum Maria.

Maria sebagai orang pertama yang menerima Yesus dalam rahimnya, dan menyerahkan diri pada kehendak Allah.

Jakarta, akhir April 2007

Yohana Halimah

Komunitas Misionaris Yohanes Paulus II


Ubahlah Aku menjadi Ciptaan-Mu yang Baru

“Mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu”

Selama kita menolak untuk menerima bahwa kita adalah campuran dari terang dan gelap, kebaikan dan kegelapan, kebencian dan cinta, dan kita semua adalah anak-anak dari Bapa yang sama, kita akan selalu membagi dunia menjadi musuh (keburukan) dan kawan (kebaikan). Dalam situasi yang sama, kita akan terus membangun dinding yang tinggi di sekeliling diri kita dan gampang menyebarkan prasangka kepada kehidupan orang lain. Kita menjadi begitu mudah mengadili, menghakimi dan kemudian menghukum orang lain. Seringkali menjadi lebih mudah untuk melihat cacat-cacat dalam diri orang lain dari pada meneguhkan semua yang positif dalam diri orang lain. Sikap kita seperti ini menunjukkan kita menolak kemungkinan perkembangan orang lain.

Bila kita menerima bahwa kita memiliki kelemahan dan cacat, bahwa kita telah berdosa melawan Allah dan melawan sesama, tetapi bahwa kita diampuni dan dapat tumbuh menuju kebebasan batin dan cinta yang lebih besar, maka kita dapat menerima kelemahan dan cacat orang lain. Kita harus menerima kenyataan bahwa kita semua adalah fana dan rapuh, tetapi kita semua unik dan berharga. Kita hanya dapat sungguh-sungguh diterima oleh Allah seperti adanya kita.

Bagi kita bertobat itu bukan sekedar menyesali dosa-dosa kita, melainkan terlebih suatu pembaharuan batin. Orang yang bertobat bukan saja berpaling dari dosa, tetapi juga terutama mengarahkan diri pada Allah. Karena Tuhan menghendaki pertobatan dan bukan sekedar penyesalan dan rasa bersalah. Dalam pertobatan kita mengalami kelepasan dari dosa. Lepas dari dosa mengandaikan suatu perubahan diri; tidak melakukan dosa lagi di masa mendatang. Jika kita bertobat berarti kita secara sadar memilih Tuhan, karena kita percaya bahwa pada Tuhanlah terdapat kebenaran sejati, kebahagiaan dan keselamatan kita.

Ambillah waktu 2 – 3 menit untuk merenung. Lihatlah hari-hari hidupmu yang mungkin dihiasi dengan pelbagai bentuk kesalahan dan dosa. Datanglah kepada Yesus dan ambilah keputusan untuk memperbaharui diri demi mendapatkan kemurahan Allah.

Tuhan Yesus, terima kasih karena hari ini Engkau mengingatkan aku untuk berani mengadili diri sendiri dan memperbaharui diri untuk mengalami keselamatan dalam hidupku. Ubahlah aku menjadi ciptaan-Mu yang baru, Amin.

Rm. Herman Yoseph Babey, Pr

Keuskupan Denpasar





Renungan dan Inspirasi

Kualitas Hati

Teman-teman terkasih,

Saduran berikut mungkin dapat menjadi renungan dan memberi inspirasi bagi kita:


Kepada mereka
yang meninggalkanku seorang diri, terima kasih,
Tanpa kalian, aku tidak akan pernah menemukan diriku sendiri.

Kepada mereka yang selalu mencelaku, terima kasih,
Tanpa kalian, aku tidak pernah memperbaiki kesalahanku.
Kepada mereka yang selalu menghakimiku, terima kasih,
Dari kalian aku belajar melihat orang lain tidak hanya dari penampilan luar saja..

Kepada mereka yang menganggapku lemah dan tak berdaya, terima kasih,
Dari kalian aku bisa belajar untuk selalu berharap kepada TUHAN.
Kepada mereka yang telah mentertawakanku, terima kasih,
Tanpa kalian, aku tidak pernah belajar untuk intropeksi diri.
Kepada mereka yang telah menyakitiku, terima kasih,
Tanpa kalian, aku tidak akan pernah belajar mengampuni.
Kepada mereka yang telah mengecewakanku, terima kasih.
Tanpa kalian, aku tidak pernah bisa belajar memahami orang lain.

Kepada mereka yang berpikir bahwa aku tidak dapat melakukan sesuatu, terima kasih
karena tanpa mereka, aku tidak akan pernah mencoba sesuatu yang baru ataupun sikap baru.

Doa:

Ya Tuhan, berilah aku hati seperti Maria; hati yang mencinta, hati yang menerima dan dan hati yang berpasrah kepada-Mu. Semoga teladan Maria menyiwai seluruh rangkaian hidupku selama-lamanya. Amin.






Teman-teman terkasih,

Bulan Mei adalah bulan Maria. Kita menghormati Maria karena dia adalah bunda Kristus dan bunda kita. Pada kesempatan ini, saya mengajak teman-teman untuk merenungkan dan mengikuti teladan Maria. Maria yang penuh dengan kerendahan hatinya menerima tawaran Allah. Ia berani menjawab dengan mengatakan :

Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut perkataan-mu”.

Teman-teman terkasih,

Gereja menghormati Maria sebagai Bunda Allah dengan cinta yang istimewa. Dia tidak terpisahkan dengan karya penyelamatan Puteranya.

Mengenal Maria ialah mengenal apa yang telah dikerjakan Allah dalam dirinya dan fungsi yang diberi kepadanya di dalam sejarah keselamatan. Gereja memang merenungkan kekudusannya yang tersembunyi, meniru amalkasihnya dan kesetiaannya melaksanakan kehendak Bapa, dengan menerima sabda Allah dalam iman, ia sendiri menjadi seorang ibu” (LG 64). Seperti Maria dia menjadi perawan yang mendengarkan, yang berdoa dan berkurban sebagai bunda perawan. Perawan Terberkati itu “merupakan teladan sikap spiritual yang di dalamnya Gereja merayakan dan menghayati misteri-misteri ilahi (Paulus VI, Marialis Cultus).

Cinta akan Maria berasal dari hubungan yang akrab yang timbul di antara dia sendiri dan Gereja pada tingkat keibuan, pengantaraan, kasih sayang dan kehadiran.

Gereja diundang untuk menghayati secara lebih dalam lagi misteri Kristus dengan bekerja-sama secara penuh rasa syukur di dalam karya keselamatan. Melalui Maria dan seperti Maria, Ibunda Gereja dan model Gereja (Kom Mis Yohanes Paulus II).

Sebagaimana semboyan Yohanes Paulus II, Totus Missioni cum Maria.

Maria sebagai orang pertama yang menerima Yesus dalam rahimnya, dan menyerahkan diri pada kehendak Allah.

Jakarta, akhir April 2007

Yohana Halimah

Komunitas Misionaris Yohanes Paulus II